top of page

TOP DIGITAL Awards 2019: PT 8villages Indonesia Ingin Mempercepat Modernisasi Pertanian di Indonesia

It Works | 14 January 2020

Kini, sudah banyak penyedia teknologi yang menyediakan platform dalam bentuk aplikasi mobile untuk membantu masyarakat. Juga untuk kalangan petani, salah satunya PT 8villages Indonesia perusahaan teknologi asal Bekasi, yang fokusnya di dunia pedesaan, khususnya pertanian. Perusahaan ini bertujuan melakukan akselerasi modernisasi pedesaan, bukan menggunakan infrastruktur tapi mindset dengan memanfaatkan TI yaitu smartphone.


PT 8villages Indonesia merupakan startup pertanian yang telah hadir sejak 2012. Semenjak didirikan tujuh tahun silam, startup asal Bekasi ini telah merilis beberapa aplikasi mobile di bidang pertanian, mulai dari PETANI, NELAYAN, GEMBALA, Dokter Tanaman, eFish, Survey Desa, PeKa, dan Energi Desa.


Sanny Gaddafi, CEO PT 8villages Indonesia menjelaskan peran yang dimainkan perusahaan yang didirikannya untuk memodernisasi mindset kalangan petani kepada dewan juri TOP DIGITAL Awards 2019 di Jakarta, 4 November 2019.


“Kami memulainya dengan melakukan kegiatan data collecting dengan aplikasi DATA HUB. Kami melakukan kegiatan pengumpulan data berbagai aktivitas yang dilakukan kalangan petani. Ini kami lakukan bersama dengan pemangku kepentingan yang lain. Seperti penyuluh pertanian lapangan, dan kalangan universitas.”


“Pendataan di lapangan dilakukan oleh mitra dari 8villages, lalu data yang dihasilkan dimasukan ke aplikasi Data Hub. Lewat dashboard-nya, informasi yang dihasilkan dapat ditampilkan. Aplikasi ini sudah digunakan oleh Pemda Bangka Belitung. Aplikasi ini dapat digunakan untuk berbagai industri tidak hanya pertanian”


“Dari pendataan yang ada, para petani yang yang memiliki smartphone kita undang untuk masuk komunitas yaitu menggunakan aplikasi PETANI. Mereka tinggal didown load, tidak perlu registrasi karena sudah di pra-register.


“Informasi yang ada di aplikasi ini, harga dari Kemendag, lokasi pupuk tersubsidi dari Kemendag, cuaca dari BMKG, dan kalendar tanam dari Kementan. Di aplikasi ini, para petani juga dapat mengajukan pertanyaan, membaca artikel, melihat video tentang pertanian, menjual produk.”


“Saat ini, aplikasi PETANI sudah menjangkau 62 persen dari total kecamatan di Indonesia, tepatnya 4,378 kecamatan dari total 7,094.”


“Ini membantu meningkatkan produktivitas dan akses informasi untuk kalangan petani”

“Petani dapat mengetahui cara bertani yang baik, misalkan cara menggunakan pupuk yang optimal. Mengetahui harga produk dari Kemendag sehingga mendapat harga jual yang baik. Sementara para penyuluh pertanian dapat akses informasi berbagai inovasi pertanian.”


“Setelah produktivitasnya meningkat, untuk memperbaiki income para petani kita buatkan aplikasi REGO PANTES untuk para pelanggan produk pertanian akhir, seperti restoran pabrik dapat langsung melakukan order. Order yang mereka lakukan, dapat diterima para petani yang sudah masuk di komunitas aplikasi PETANI.”


“Setelah order diterima, para petani dapat mempersiapkan produk pertanian yang dipesan untuk dikirim. Untuk mengirimkannya menggunakan aplikasi VLOGS, platform logistik yang menyediakan vendor-vendor logistik yang dapat mereka pilih untuk mengirimkan produk yang mereka jual. Dengan aplikasi VLOGS, biaya pengiriman dapat lebih optimal, meningkatkan transparansi dan traceability dari produk pertanian yang dikirim.”


Aktivitas Transaksi


Sanny Gadaffi menjelaskan sampai saat ini, aktivitas transaksi yang sudah terjadi sebagai berikut:


Desember 2017 mulai melakukan C2C dengan 100 petani melakukan transaksi penjualan, dengan income-nya meningkat 17 persen.


Desember 2018, sebanyak 2.765 petani yang terlibat melakukan transaksi penjualan dengan income yang meningkat 26 persen dan kapasitas rata-rata penjualan pertanian 2,5 ton per bulan.


“Di bulan Januari 2019 kami mulai melakukan B2B dan sampai Agustus 2019 sudah 5.515 petani yang terlibat dengan pendapatan yang meningkat 2.200 persen atau 22 kali lipat. Kapasitas rata-rata penjualan 55 ton per bulan. Ini juga melibatkan 150 outlet dengan pendapatan bulanan lebih dari 70.000 USD.”


Rencana ke Depan


Sanny menegaskan, bisnisnya tersebut berbasis komersial. Tapi bukan berarti ia mengandalkan pemasukan perusahaan dari petani. Layanan aplikasi yang dikeluarkan perusahaan melalui PETANI hanya membutuhkan paket kuota.


Selebihnya petani, konsumen, dan stakeholder lainnya bisa bebas memanfaatkan layanannya. Pemasukan perusahaan mengandalkan jasa layanan pembuatan aplikasi bagi segala institusi dan kalangan.


Misalnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggunakan jasa 8villagers, untuk membuat aplikasi khusus yang digunakan OJK untuk menyebarluaskan program tertentu. Hingga kini sejumlah perusahaan komersial, LSM, perbankan, dan komunitas pun kerap memanfaatkan jasa pembuatan aplikasi berikut konsultasi kepada perusahaan yang dipimpinnya.


Ke depan, ia ingin merancang agar bukan hanya informasi proses produksi pangan yang efektif, tapi juga urusan pasca panen. Selama ini informasi hasil panen tidak terdokumentasi dengan baik sehingga harga bahan pangan kerap dipermainkan. Selain itu, pemantauan posisi pupuk dan benih juga akan dikawal melalui sistem dalam jaringan yang terintegrasi melalui layanan aplikasi.


 

8villages merupakan startup binaan GK-Plug and Play pada Batch 4. Ingin mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu startup binaan kami seperti 8villages? Daftarkan segera startup kamu di Batch 7 yang dapat diakses melalui link ini.

Recent Posts
Dukung Transformasi Digital, Assemblr Hadir dalam Tech for Business 2023

Dukung Transformasi Digital, Assemblr Hadir dalam Tech for Business 2023

Dukung Transformasi Digital, Assemblr Hadir dalam Tech for Business 2023

6Estates dan FundFluent Bekerjasama untuk Digitalisasi Sistem Pendanaan

6Estates dan FundFluent Bekerjasama untuk Digitalisasi Sistem Pendanaan

6Estates dan FundFluent Bekerjasama untuk Digitalisasi Sistem Pendanaan

BintanGO Raih Investasi Hingga 72 Miliar

BintanGO Raih Investasi Hingga 72 Miliar

BintanGO Raih Investasi Hingga 72 Miliar

bottom of page