top of page

Fintech di Pedesaan: Mengatasi Tantangan dan Meningkatkan Inklusi Keuangan


Perkembangan teknologi keuangan (fintech) telah mengubah lanskap industri keuangan di Indonesia. Namun, potensi fintech di pedesaan masih belum sepenuhnya terealisasi. Lalu apa saja potensi fintech di pedesaan, tantangan yang dihadapi, serta upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan di wilayah pedesaan?


I. Tantangan Fintech Lending di Pedesaan


Fintech lending atau peminjaman uang/dana menggunakan teknologi di pedesaan menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kondisi geografi Indonesia yang luas.

Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 1.905km2. Dengan luas seperti itu maka tidak sedikit dari masyarakat di wilayah-wilayah tertentu mengalami kesulitan dalam mengakses informasi dan sarana keuangan.

  • Infrastruktur yang terbatas.

Infrastruktur keuangan meliputi banyak sekali hal. Mulai dari SDM, institusi, sarana dan prasarana yang memadai dan yang paling tidak kalah penting adalah informasi.

  • Rendahnya literasi keuangan di pedesaan.

Tidak sedikit institusi-institusi keuangan yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan pasarnya ke daerah-daerah terpencil hanya dikarenakan target pasar/pengguna tidak memahami produk atau layanan mereka.



Sumber: Bisnis.com


II. Rendahnya Inklusi Fintech di Pedesaan


Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa ketiga tantangan yang disebutkan di atas, berakibat langsung ke rendahnya penetrasi fintech di pedesaan. Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, perusahaan-perusahaan fintech harus meningkatkan inklusivitas dalam industri fintech dan mampu menjangkau segmen pedesaan dengan lebih efektif.


Sumber: FortuneIDN.com



III. Potensi Fintech di Pedesaan


Hal-hal di atas dielaborasikan lebih lanjut melalui penelitian yang dilakukan di Desa Bojong Sempu, Bogor, mengungkapkan potensi pertumbuhan dan pemanfaatan fintech di pedesaan. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian yang diadakan oleh Universitas Pembangunan Nasional Veteran yang membahas tentang potensi fintech di desa Bojong Sempu, Bogor, pemahaman peserta edukasi tentang Fintech sebagai sarana pemasaran produk mencapai 70,86% telah melebihi standar pencapaian yaitu sebesar 70 %. Nilai tertinggi terdapat pada pemahaman mengenai fungsi BI dalam menjaga ketertiban lalu lintas pembayaran terkait Fintech, dan bagaimana Fintech memudahkan layanan transaksi keuangan. Keberadaan fintech dapat memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat desa, termasuk memperluas akses keuangan, mempercepat proses transaksi, dan meningkatkan efisiensi usaha mikro dan kecil.


Sumber: ResearchGate.net



IV. Fintech sebagai Instrumen Kolaboratif untuk Pembangunan Inklusif


Hal ini berkesinambungan dengan pernyataan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang membahas peran fintech dalam mencapai pembangunan inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan. Potensi kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga keuangan juga menjadi fokus dalam memperluas akses fintech di pedesaan. Seperti:

  • Mobilisasi modal untuk meningkatkan aktivitas ekonomi kelompok yang kurang terlayani, seperti Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Usaha Kecil Menengah (UKM).

  • Mobilisasi uang yang ada di masyarakat untuk membiayai infrastruktur dasar, seperti sanitasi dan listrik.

  • Mobilisasi dana untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, seperti energi bersih, dan/atau membiayai inovasi yang penting dalam rangka peningkatan produksi pertanian dan perikanan.


Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika


V. Peran Financial Technology sebagai Alternatif Pembiayaan


Fintech juga memiliki peran alternatif pembiayaan di pedesaan. Dengan memanfaatkan fintech, para pemilik usaha dapat mendukung pertumbuhan ekonomi desa serta membuka peluang baru bagi masyarakat pedesaan dalam mengakses pembiayaan. Ini disebabkan oleh kurangnya infrastruktur dari institusi keuangan di desa-desa.

Kehadiran fintech di daerah-daerah tersebut akan memudahkan para penduduk mendapatkan akses finansial Hal ini ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Sriwijaya. Penelitian mereka menunjukkan bahwa lebih dari 70% responden di Desa Kerinjing, Kabupaten Ogan Ilir menunjukkan pemahaman akan fintech dan lebih dari 60% responden mengunduh aplikasi fintech di ponsel mereka. Selain itu, kurang lebih 30 orang pelaku UMKM mengikuti penyuluhan dan edukasi tentang penggunaan fintech. Para responden dan peserta penyuluhan mengakui bahwa dengan adanya fintech, mereka mampu menghemat ongkos dan tenaga dalam mendapatkan akses pendanaan, baik untuk keperluan sehari-hari atau untuk modal usaha.


Sumber: Neliti.com


VI. Studi Kasus: Pengalaman Payfazz dalam Meningkatkan Akses Fintech di Pedesaan


CEO Payfazz, Hendra Kwik, berbagi wawasan tentang tantangan dan keberhasilan mereka dalam meningkatkan inklusi fintech di wilayah pedesaan. Mereka telah berhasil memperluas jangkauan layanan fintech ke pedesaan yang sebelumnya sulit dijangkau oleh institusi keuangan konvensional. Artikel tersebut juga membahas tantangan yang dihadapi oleh Payfazz, seperti keterbatasan infrastruktur dan literasi keuangan di pedesaan, serta upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Kesuksesan Payfazz memberikan contoh yang menginspirasi tentang bagaimana kolaborasi antara fintech, pemerintah, dan lembaga keuangan dapat memperluas akses keuangan di pedesaan dan mendukung inklusi keuangan yang lebih luas.


Sumber: DailySocial.id


Sebagai bagian dari ekosistem inovasi global, GK-Plug and Play hadir untuk mempermudah perusahaan-perusahaan keuangan untuk berinovasi dengan ikut serta berperan dalam membangun keuangan inklusif. Dengan portofolio-portofolio kami yang berfokus di bidang finansial seperti Brankas, Xendit, Decentro, GajiGesa dan beberapa lainnya, GK-Plug and Play mampu menyediakan solusi inovatif yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tapi juga mampu menguntungkan perusahaan-perusahaan.


Mari ikut serta membangun inklusivitas keuangan di Indonesia.


Recent Posts
6Estates dan FundFluent Bekerjasama untuk Digitalisasi Sistem Pendanaan

6Estates dan FundFluent Bekerjasama untuk Digitalisasi Sistem Pendanaan

6Estates dan FundFluent Bekerjasama untuk Digitalisasi Sistem Pendanaan

BintanGO Raih Investasi Hingga 72 Miliar

BintanGO Raih Investasi Hingga 72 Miliar

BintanGO Raih Investasi Hingga 72 Miliar

GajiGesa Hadirkan Fitur Investasi Emas Digital untuk Karyawan

GajiGesa Hadirkan Fitur Investasi Emas Digital untuk Karyawan

GajiGesa Hadirkan Fitur Investasi Emas Digital untuk Karyawan

bottom of page